LAPORAN
“PROSES
PEMELIHARAAN AYAM BROILER dan DOMBA”
TUGAS MATA KULIAH
DASAR-DASAR MANAJEMEN TERNAK
Jurusan
Peternakan
Program Studi
Produksi Ternak
Oleh
Fandi Tri
Laksono
C31120310
Dosen
Budi Prasetyo
S.Pt M.P
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK
NEGERI JEMBER
2013
PEMELIHARAAN
AYAM BROILER
SARANA PRODUKSI
Sarana dan Prasarana
1. Sumber Air. Sumber air pada peternakan ini berasal dari
sumur bor yang terdapat pada setiap kandang. Air disedot dengan menggunakan jet
pump yang menggunakan tenaga listrik dan ditampung dalam bak penampung atau
pada drum yang berkapasitas 250 liter.
2. Sumber Energi. Sumber energi yang digunakan berasal dari
PLN, tetapi terdapat diesel yang digunakan untuk menyedot air dan juga sebagai
cadangan energi jika listrik mati.
3. Peralatan : tempat pakan, tempat air minum, lampu
penerangan, pemanas (brooder), lingkar pembatas, dan drum tempat
penampungan air.
Tempat
pakan terdiri dari dua jenis, yaitu tempat pakan yang berbentuk nampan (chick
feeder tray), yang digunakan untuk ayam umur 0–7 hari. Tempat pakan ini
terbuat dari bahan plastik, dan berdiameter 30 cm untuk ± 60 ekor. Tempat pakan
yang digunakan pada saat ayam berumur lebih dari 14 hari sampai pemanenan
menggunakan tempat pakan berbentuk bundar yang digantung (hanging feeder),
dan berbahan plastik. Kapasitas tempat pakan gantung ini 5 kg ransum.
Tempat air
minum yang digunakan yaitu berbentuk tabung dan digantung, yang mempunyai
kapasitas sekitar 5 liter. Tempat air minum ini terbuat dari bahan plastik, dan
dapat dipakai untuk ayam dari umur DOC sampai pemanenan.
Lampu
penerangan yang digunakan di kandang adalah lampu neon dan lampu pijar. Semawar
(brooder) merupakan alat yang digunakan sebagai pemanas untuk DOC/ayam
yang baru datang sampai ayam berumur ± 14 hari. Pemanas ini berbentuk
lingkaran, terbuat dari bahan seng dan besi serta menggunakan minyak tanah
sebagai bahan bakarnya.
Lingkar
pembatas (chick guard) digunakan ketika ayam berumur ± 0-7 hari. Tujuan
dibuatnya lingkar pembatas yaitu untuk menahan angin kencang dan menjaga agar
ayam selalu tetap berada di dalam daerah pemanas. Lingkar pembatas ini terbuat
dari bahan seng, yang mempunyai tinggi 45 cm.
Drum
(tempat penampungan air) digunakan ketika air dinyalakan, dan digunakan ketika
akan memberi air minum pada ayam. Drum ini terbuat dari bahan plastik, dan
berkapasitas ± 250 liter.
4. Gudang pakan. Gudang pakan merupakan tempat penyimpanan
pakan yang lokasinya terpisah antara gudang yang satu dengan lainnya. Gudang
pakan yang terdapat di peternakan ini yaitu sekitar 8 buah.
5. Tempat Tinggal Pegawai Kandang. Tempat tinggal pegawai
kandang terletak disekitar lokasi peternakan, dan dibangun disebelah gudang
pakan. Pembangunan tempat tinggal pegawai kandang bertujuan untuk memudahkan
para pegawai dalam pengelolaan atau pemeliharaan ayam
PERSIAPAN LOKASI
1. Lokasi yang cukup jauh dari
keramaian/perumahan penduduk.
2. Lokasi mudah terjangkau dari
pusat-pusat pemasaran.
3. Lokasi terpilih bersifat menetap,
artinya tidak mudah terganggu oleh keperluan-keperluan lain selain untuk usaha
peternakan.
PEDOMAN BUDIDAYA TERNAK
Sebelum
usaha beternak dimulai, seorang peternak wajib memahami 3 (tiga) unsur produksi
yaitu: manajemen (pengelolaan usaha peternakan), breeding (pembibitan) dan
feeding (makanan ternak/pakan)
1.
Penyiapan Sarana dan Peralatan
a.
Perkandangan
Sistem
perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi:
·
persyaratan
temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C,
·
kelembaban
berkisar antara 60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang
ada,
·
tata
letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata
angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam,
·
untuk
anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja
± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan dan untuk
ayam dewasa bisa dengan kandang postal atapun kandang bateray.
·
Untuk
kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat,
bersih dan tahan lama.
b. kebersihan
kandang
·
Buang
seluruh kotoran dari dalam kandang ke tempat yang jauh, kerok semua gumpalan
kotoran yang masih melekat pada bagian-bagian kandang.
·
Untuk
kandang yang banyak kutu dan serangga, gunakan insektisida terlebih dahulu
sebelum melakukan pencucian kandang.
·
Basahi
lantai/slat dan dinding kandang dengan larutan detergen 1 kg per 100 liter air
dan diamkan selama 1 jam (supaya mudah dicuci).
·
Sikat
dan cuci seluruh bagian kandang, kemudian bilas dengan air bersih sampai tidak
ada kotoran yang tersisa.
·
Setelah
semua bagian kandang bersih, bersihkan rumput dan semak di sekitar kandang agar
tidak menjadi sarang penyakit.
·
Untuk
lantai tanah, tanah di bawah kandang panggung dan parit sekitar kandang disiram
dengan larutan soda api 2 kg per 100 liter air (gunakan gembor plastik, jangan
menggunakan sprayer karena soda api bersifat korosif).
·
Lantai
dan dinding kandang dikapur dengan dosis 1 kg untuk 10 m2 lantai
postal atau untuk 15 m2 slat dan panggung.
·
Lakukan
pemasangan tirai kandang, baik tirai luar maupun tirai dalam (tirai brooding
termos jangan sampai bocor, terutama bagian bawah).
·
Seluruh
peralatan yang sudah bersih dimasukkan ke dalam kandang. Setelah itu lakukan
desinfeksi secara menyeluruh dengan formalin (5 liter formalin 40% dalam 95
liter air) kemudian kandang diistirahatkan minimal 14 hari.
·
Selama
masa istirahat kandang, lakukan servis terhadap pemanas serta inspeksi pada
seluruh sarana penunjang (sumber air, bak air, instalasi listrik, dsb).
·
Usahakan
kandang seperti dalam keadaan baru
c.
Peralatan
o
Litter
(alas lantai)
Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak
ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang.
Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit
padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu
dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.
o
Indukan
atau brooder
Alat ini berbentuk bundar atau persegi empat dengan areal
jangkauan 1-3 m dengan alat pemanas di tengah. Fungsinya seperti induk ayam
yang menghangatkan anak ayamnya ketika baru menetas.
o
Tempat
bertengger (bila perlu)
Tempat bertengger untuk tempat istirahat/tidur, dibuat dekat
dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari
luar. Dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih rendah dari
tempat bertelur.
o
Tempat
makan, minum dan tempat grit
Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari
bambu, almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat.
Untuk tempat grit dengan kotak khusus
o
Alat-alat
rutin
Alat-alat rutin termasuk alat kesehatan ayam seperti:
suntikan, gunting operasi, pisau potong operasi kecil, dan lain-lain.
2.
Pembibitan
Ternak yang dipelihara haruslah
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
o
ternak
sehat dan tidak cacat pada fisiknya
o
pertumbuhan
dan perkembangannya normal
o
ternak
berasal dari pembibitan yang dikenal keunggulannya.
o
tidak
ada lekatan tinja di duburnya
·
Pemilihan Bibit dan Calon Induk
o
Ada
beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day OldChicken)/ayam umur
sehari:
o
Anak
ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat.
o
Bulu
tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya .
o
Tidak
terdapat kecacatan pada tubuhnya.
o
Anak
ayam mempunyak nafsu makan yang baik.
o
Ukuran
badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram.
o
Tidak
ada letakan tinja diduburnya.
·
Perawatan Bibit dan Calon Induk
Dilakukan setiap saat, bila ada
gejala kelainan pada ternak supaya segera diberi perhatian secara khusus dan diberikan
pengobatan sesuai petunjuk Dinas Peternakan setempat atau dokter hewan yang
bertugas di daerah yang bersangkutan.
3.
Persiapanan sebelum DOC datang
- Taburkan sekam secara merata ke seluruh permukaan lantai dengan ketebalan 3-5 cm.
- Tempat pakan, tempat minum, chick guard, lampu dan pemanas harus sudah terpasang 2 hari sebelum DOC datang.
- Tinggi chick guard yang disarankan 40-50 cm, terbuat dari seng, kayu, atau bambu (berbentuk jeruji atau anyaman).
- Letakkan pemanas di tengah chick guard dengan ketinggian 1.25 meter, perhatikan arah panas dan temperatur.
- Pemakaian koran disarankan hanya 1 lapis di atas litter (sekam), dan hanya dipakai pada hari pertama saja.
- Intensitas cahaya minimal 20 lux, kurang lebih setara dengan 10 watt SL/TL atau 60 watt lampu pijar per chick guard pada ketinggian 170 cm.
- Sediakan celupan kaki dan hand sprayer berisi larutan desinfektan untuk petugas kandang dan tamu yang keluar masuk lokasi kandang.
- Setelah semua persiapan selesai, lakukan penyemprotan ke seluruh bagian kandang termasuk peralatannya dengan menggunakan desinfektan yang disarankan.
4.
Tempat
pakan dan tempat minum
Jenis
|
Umur
|
Perbuah
|
Feeder tray (nampan)
|
0 – 3 hari4 – 7 hari8 – 10 hari
|
80 ekor60 ekor40 ekor
|
Tempat pakan gantung 5 kgTempat
pakan gantung 10 kg
|
11 – 15 hari11 – 15 hari
|
30 – 35 ekor35 – 40 ekor
|
Tempat pakan gantung 5 kgTempat
pakan gantung 10 kg
|
16 – panen16 – panen
|
20 – 25 ekor30 – 35 ekor
|
Tempat minum otomatisTempat minum
manual
|
0 – 10 hari0 – 10 hari
|
100 – 120 ekor60 –
80 ekor
|
Tempat minum otomatisTempat minum
manual
|
11 – panen11 – panen
|
60 – 80 ekor30 – 35 ekor
|
Jenis
Pemanas
|
Jumlah
DOC
(Musim
Panas)
|
Jumlah
DOC
(Musim
Dingin)
|
Diameter
Chick
Guard
|
Pemanas gas
|
700 – 800
|
600 – 700
|
4 meter
|
Semawar
|
600 – 700
|
500 – 600
|
3.5 meter
|
Batu bara
|
600 – 700
|
500 – 600
|
3 meter
|
Drum (grajen/kayu)
|
700 – 800
|
600 – 700
|
4 meter
|
5.
Teknik Pemeliharaan
Untuk pemberian pakan ayam ras
broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher
(umur 4-6 minggu).
Anak ayam dipindahkan ke indukan atau pemanas, segera diberi air minum hangat yang ditambah cairan penambah nutrisi dengan dosis 1 – 2 cc/liter air minum atau VITERNA Plus dengan dosis 1 cc/liter air minum/hari dan gula untuk mengganti energi yang hilang selama transportasi. Pakan dapat diberikan dengan kebutuhan per ekor 13 gr atau 1,3 kg untuk 100 ekor ayam. Jumlah tersebut adalah kebutuhan minimal, pada prakteknya pemberian tidak dibatasi. Pakan yang diberikan pada awal pemeliharaan berbentuk butiran-butiran kecil (crumbles).
- Mulai hari ke-2
Setelah
pemindahan dan seterusnya, air minum sudah berupa air dingin dengan penambahan
VITERNA Plus (nutrisi tambahan) dengan dosis 1 cc/liter air minum/hari.
Dilakukanan saat pemberian air minum yang pertama saja. Pada hari ke-4 lakukan vaksinasi.
- Minggu Kedua (hari ke 8 -14)
Pemeliharaan minggu kedua masih memerlukan pengawasan seperti minggu pertama, meskipunlebihringan. Pemanas sudah bisa dikurangi suhunya. Kebutuhan pakan untuk minggu kedua adalah 33 gr per ekor atau 3,3 kg untuk 100 ekor ayam.
- Minggu Ketiga (hari ke 15-21)
Pemanas sudah dapat dimatikan terutama pada siang hari yang terik. Kebutuhan pakan adalah 48 gr per ekor atau 4,8 kg untuk 100 ekor. Pada akhir minggu (umur 21 hari) dilakukan vaksinasi yang kedua menggunakan vaksin ND strain Lasotta melalui suntikan atau air minum. Jika menggunakan air minum, sebaiknya ayam tidak diberi air minum untuk beberapa saat lebih dahulu, agar ayam benar-benar merasa haus sehingga akan meminum air mengandung vaksin sebanyak-banyaknya. Pada saat pemberian vaksin tersebut juga tetap ditambah VITERNA Plus dengan dosis tetap.
- Minggu Keempat (hari ke 22-28)
Pada hari ke 22 pemanas sudah tidak diperlukan lagi pada siang hari karena bulu ayam sudah lebat. Pada umur 28 hari, dilakukan sampling berat badan untuk mengontrol tingkat pertumbuhan ayam. Pertumbuhan yang normal mempunyai berat badan minimal 1,25 kg. Kebutuhan pakan adalah 65 gr per ekor atau 6,5 kg untuk 100 ekor ayam. Kontrol terhadap ayam juga harus ditingkatkan karena pada umur ini ayam mulai rentan terhadap penyakit.
- Minggu Kelima (hari ke 29-35)
Pada minggu ini, yang perlu diperhatikan adalah tatalaksana lantai kandang. Karena jumlah kotoran yang dikeluarkan sudah tinggi, perlu dilakukan pengadukan dan penambahan alas lantai untuk menjaga lantai tetap kering. Kebutuhan pakan adalah 88 gr per ekor atau 8,8 kg untuk 100 ekor ayam. Pada umur 35 hari juga dilakukan sampling penimbangan ayam. Bobot badan dengan pertumbuhan baik mencapai 1,8 – 2 kg. Dengan bobot tersebut, ayam sudah dapat dipanen.
- Minggu Keenam (hari ke-36-42)
Jika ingin diperpanjang untuk mendapatkan bobot yang lebih tinggi, maka kontrol terhadap ayam dan lantai kandang tetap harus dilakukan. Pada umur ini dengan pertumbuhan yang baik, ayam sudah mencapai bobot 2,25 kg.
PENYIMPANAN VAKSIN
- Vaksin harus disimpan dalam lemari es dengan suhu 2-8˚C (bukan freezer), terhindar dari panas dan sinar matahari langsung.
- Apabila hendak mengangkut vaksin ke suatu tempat, vaksin harus ditempatkan pada wadah yang memiliki daya isolasi cukup baik terhadap suhu luar (misal: termos atau sterofoam box), dengan diberi es batu di dalamnya.
KONDISI
YANG HARUS DIPERHATIKAN
- Jenis dan dosis vaksin harus tepat, vaksin belum kadaluwarsa.
- Pastikan ayam yang akan divaksin dalam kondisi sehat.
- Jangan melakukan kegiatan vaksinasi pada saat suhu udara terlalu panas (maks. 29˚C).
- Gunakan wadah yang berbahan dasar plastik, hindari wadah yang terbuat dari logam.
- Air yang digunakan harus segar, pH 6.5–7.5, bebas klorin dan desinfektan.
- Cuci tempat vaksin dan alat vaksinasi dengan air biasa, tanpa klorin atau desinfektan.
- vaksinator harus terlatih, tata cara dan prosedur vaksinasi harus diikuti dengan benar.
- Segera berikan multivitamin setelah vaksinasi untuk mengurangi dampak stress.
VAKSINASI MELALUI AIR MINUM
- Hentikan pemakaian klorin dan desinfektan air minum 24 jam sebelum vaksinasi.
- Puasakan ayam 1-2 jam sebelum vaksinasi (suhu lebih dari 30˚C sebaiknya 1 jam saja).
- Siapkan air, susu skim, dan vaksin dengan jumlah yang telah ditentukan. Jumlah air yang digunakan adalah sejumlah air yang habis diminum ayam selama 1-2 jam.
- Karena setiap 1.000 ekor ayam membutuhkan 1 liter air untuk setiap umur, maka dapat digunakan rumusan sbb:
Jumlah air = Populasi/1000 x Umur ayam
- Setelah jumlah air ditentukan, masukkan susu skim 2 gram per liter air. Untuk daerah beriklim panas disarankan ditambah es batu.
- Untuk daerah yang kualitas airnya kurang bagus, disarankan untuk meningkatkan dosis susu skim dan/atau merebus air yang akan digunakan untuk vaksinasi.
- Keluarkan dan campurkan vaksin ke dalam air yang telah disiapkan. Aduk hingga rata dan segera tuang ke tempat minum yang telah disediakan.
- Agar pembagian vaksin merata, maka harus dihitung jumlah larutan vaksin yang harus dituangkan di setiap tempat minum (kontrol distribusi vaksin).
- Botol dan tutup botol bekas vaksin harus dibakar atau direndam dalam desinfektan.
Jumlah
air (liter)
=
Air di setiap tempat minum
Jumlah tempat
minum (buah)
VAKSINASI TETES
- Yang perlu diperhatikan pada saat vaksinasi tetes adalah proses penetesan ke dalam mata haruslah tepat, dan vaksin harus terserap sempurna ke dalam kelopak mata. Jangan terburu-buru melepaskan ayam jika tetesan belum terserap sempurna.
- Hindari penjaringan ayam yang terlalu banyak (maksimal 200 ekor sekali jaring), agar ayam tidak mengalami stres terlalu lama saat menunggu vaksinasi.
- Untuk menghindari turunnya efektifitas vaksin, sebaiknya larutan vaksin dibagi kedalam beberapa alat penetes sesuai dengan jumlah vaksinator (setelah dilarutkan, vaksin harus habis dalam 30 menit).
VAKSINASI SUNTIK
- Sebelum melakukan vaksinasi cek dulu fungsi injektor. Lakukan uji coba dengan air, jika rusak atau tidak lancar jangan digunakan. Jika kotor cuci dengan air panas.
- vaksin yang keluar dari kulkas/refrigerator sebaiknya ditunggu beberapa saat sampai suhunya mendekati suhu ruangan.
- Sebelum atau saat melakukan kegiatan vaksinasi, sesering mungkin botol vaksin dikocok untuk menghindari pengendapan komponen vaksin.
PANEN AYAM
- Sebelum panen lakukan pengosongan/angkat tempat pakan, air minum tetap diberikan untuk mencegah hilangnya berat badan akibat dehidrasi.
- Disarankan memberikan air gula 5% apabila jarak kandang dan tujuan lebih dari 100 km atau perjalanan lebih dari 3 jam (untuk mengurangi susut).
- Penangkapan harus dilakukan dengan hati-hati, ayam ditangkap pada bagian bawah kaki untuk mencegah memar dada dan paha. Untuk mencegah patah tulang kaki karena meronta dan gerakan sayap, pegang erat-erat pada persendian bawah.
- Ayam yang belum terpanen harus tetap dirawat dengan baik.
- Hindari penangkapan ayam pada saat suhu udara sangat panas.
PASCA PANEN
·
Stoving
Penampungan ayam sebelum dilakukan pemotongan, biasanya
ditempatkan di kandang penampungan (Houlding Ground)
·
Pemotongan
Pemotongan ayam dilakukan
dilehernya, prinsipnya agar darah keluar keseluruhan atau sekitar 2/3 leher
terpotong dan ditunggu 1-2 menit. Hal ini agar kualitas daging bagus, tidak
mudah tercemar dan mudah busuk.
·
Pengulitan
atau Pencabutan Bulu
o
Caranya
ayam yang telah dipotong itu dicelupkan ke dalam air panas (51,7- 54,4°C). Lama
pencelupan ayam broiler adalah 30 detik. Bulu-bulu yang
o
halus
dicabut dengan membubuhkan lilin cair atau dibakar dengan nyala api biru.
·
Pengeluaran
Jeroan
o
Bagian
bawah dubut dipotong sedikit, seluruh isi perut (hati, usus dan ampela)
dikeluarkan. Isi perut ini dapat dijual atau diikut sertakan pada daging siap
o
dimasak
dalam kemasan terpisah.
·
Pemotongan
Karkas
Kaki dan leher ayam dipotong.
Tunggir juga dipotong bila tidak disukai. Setelah semua jeroan sudah
dikeluarkan dan karkas telah dicuci bersih, kaki ayam/paha ditekukan dibawah
dubur. Kemudian ayam didinginkan dan dikemas.
PENYAKIT
o
Berak
darah (Coccidiosis)
Gejala: tinja berdarah dan mencret,
nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
Pengendalian:
§ menjaga kebersihan lingkungaan,
menjaga litter tetap kering
§ dengan Tetra Chloine Capsule
diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan dalam air minum
atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox.
o
Tetelo
(NCD/New Casstle Diseae)
Gejala: ayam sulit bernafas,
batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi,
kadang berdarah, tinja encer kehijauan yang spesifik adanya gejala
“tortikolis”yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu dan lumpuh.
Pengendalian:
§ menjaga kebersihan lingkungan dan
peralatan yang tercemar virus, binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati
segera dibakar/dibuang;
§ pisahkan ayam yang sakit, mencegah
tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril serta
melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada obatnya.
PEMELIHARAAN DOMBA
Domba
seperti halnya kambing, kerbau dan sapi, tergolong dalam famili Bovidae. Kita
mengenal beberapa bangsa domba yang tersebar diseluruh dunia, seperti:
·
Domba
Kampung adalah domba yang berasal dari Indonesia
·
Domba
Priangan berasal dari Indonesia dan banyak terdapat di daerah Jawa Barat.
·
Domba
Ekor Gemuk merupakan domba yang berasal dari Indonesia bagian Timur seperti
Madura, Sulawesi dan Lombok.
·
Domba
Garut adalah domba hasil persilangan segi tiga antara domba kampung, merino dan
domba ekor gemuk dari Afrika Selatan.
MANFAAT
Daging
domba merupakan sumber protein dan lemak hewani. Walaupun belum memasyarakat,
susu domba merupakan minuman yang bergizi. Manfaat lain dari berternak domba
adalah bulunya dapat digunakan sebagai industri tekstil.
PERSYARATAN LOKASI
Lokasi
untuk peternakan domba sebaiknya berada di areal yang cukup luas, udaranya
segar dan keadaan sekelilingnya tenang, dekat dengan sumber pakan ternak,
memiliki sumber air, jauh dari daerah pemukiman dan sumber air penduduk
(minimal 10 meter), relatif dekat dari pusat pemasaran dan pakan ternak.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
·
Perkandangan
Kandang harus kuat sehingga dapat
dipakai dalam waktu yang lama, ukuran sesua dengan jumlah ternak, bersih,
memperoleh sinar matahari pagi, ventilasi kandang harus cukup dan terletak
lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya agar tidak kebanjiran. Atap kandang
diusahakan dari bahan yang ringan dan memiliki daya serap panas yang relatif
kecil, misalnya dari atap rumbia.Kandang dibagi menjadi beberapa bagian sesuai
fungsinya, yaitu:
o
Kandang
induk/utama, tempat domba digemukkan. Satu ekor domba membutuhkan luas kandang
1 x 1 m.
o
Kandang
induk dan anaknya, tempat induk yang sedang menyusui anaknya selama 3 bulan.
Seekor induk domba memerlukan luas 1,5 x 1 m dan anak domba memerlukan luas
0,75 x 1 m.
o
Kandang
pejantan, tempat domba jantan yang akan digunakan sebagai pemacak seluas 2 x
1,5 m/pemancak. Di dalam kandang domba sebaiknya terdapat tempat makan, palung
makanan dan minuman, gudang makanan, tempat umbaran (tempat domba saat kandang
dibersihkan) dan tempat kotoran/kompos.
Tipe
dan model kandang pada hakikatnya dapat dibedakan dalam 2 tipe, yaitu:
o
Tipe
kandang Panggung
Tipe kandang ini memiliki kolong yang bermanfaat sebagai
penampung kotoran. Kolong digali dan dibuat lebih rendah daripada permukaan
tanah sehingga kotoran dan air kencingnya tidak berceceran. Alas kandang
terbuat dari kayu/bambu yang telah diawetkan, Tinggi panggung dari tanah dibuat
minimal 50 cm/2 m untuk peternakan besar. Palung makanan harus dibuat rapat,
agar bahan makanan yang diberikan tidak tercecer keluar.
o
Tipe
kandang Lemprak
Kandang tipe ini pada umumnya digunakan untuk usaha ternak
domba kereman. Kandang lemprak tidak dilengkapi dengan alas kayu, tetapi ternak
beralasan kotoran dan sisa-sisa hijauan pakan. Kandang tidak dilengkapi dengan
palung makanan, tetapi keranjang rumput yang diletakkan diatas alas. Pemberian
pakan sengaja berlebihan, agar dapat hasil kotoran yang banyak. Kotoran akan
dibongkar setelah sekitar 1-6 bulan.
2. Penyiapan Bibit
Domba yang unggul adalah domba yang
sehat dan tidak terserang oleh hama penyakit, berasal dari bangsa domba yang
persentase kelahiran dan kesuburan tinggi, serta kecepatan tumbuh dan
persentase karkas yang baik. Dengan demikian keberhasilan usaha ternak domba
tidak bisa dipisahkan dengan pemilihan induk/pejantan yang memiliki sifat-sifat
yang baik.
3. Pemilihan Bibit dan Calon Induk
o
Calon
Induk: berumur 1,5-2 tahun, tidak cacat, bentuk perut normal, telinga kecil
hingga sedang, bulu halus, roman muka baik dan memiliki nafsu kawin besar dan
ekor normal.
o
Calon
Pejantan: berumur 1,5-2 tahun, sehat dan tidak cacat, badan normal dan
keturunan dari induk yang melahirkan anak 2 ekor/lebih, tonjolan tulang pada
kaki besar dan mempunyai buah zakar yang sama besar serta kelaminnya dapat
bereaksi, mempunyai gerakan yang lincah, roman muka baik dan tingkat
pertumbuhan relatif cepat.
4. Reproduksi dan Perkawinan
o
Dewasa
Kelamin, yaitu saat ternak domba memasuki masa birahi yang pertama kali dan
siap melaksanakan proses reproduksi. Fase ini dicapai pada saat domba berumur
6-8 bulan, baik pada yang jantan maupun yang betina.
o
Dewasa
tubuh, yaitu masa domba jantan dan betina siap untuk dikawinkan. Masa ini
dicapai pada umur 10-12 bulan pada betina dan 12 bulan pada jantan. Perkawinan
akan berhasil apabila domba betina dalam keadaan birahi.
5. Proses Kelahiran
Lama kebuntingan bagi domba adalah
150 hari (5 bulan). Menjelang kelahiran anak domba, kandang harus bersih dan
diberi alas yang kering. Bahan untuk alas kandang dapat berupa karung
goni/jerami kering. Obat yang perlu dipersiapkan adalah jodium untuk dioleskan
pada bekas potongan tali pusar. Induk domba yang akan melahirkan dapat
diketahui melalui perubahan fisik dan perilakunya sebagai berikut:
o
Keadaan
perut menurun dan pinggul mengendur.
o
Buah
susu membesar dan puting susu terisi penuh.
o
Alat
kelamin membengkak, berwarna kemerah-merahan dan lembab.
o
Ternak
selalu gelisah dan nafsu makan berkurang.
o
Sering
kencing.
Proses kelahiran berlangsung 15-30
menit, jika 45 menit setelah ketuban pecah, anak domba belum lahir, kelahiran
perlu dibantu. Anak domba yang baru lahir dibersihkan dengan menggunakan lap
kering agar dapat bernafas. Biasanya induk domba akan menjilati anaknya hingga
kering dan bersih.
6. Pemeliharaan
o
Sanitasi
dan Tindakan Preventif
Sanitasi lingkungan dapat dilakukan dengan membersihkan
kandang dan peralatan dari sarang serangga dan hama. kandang terutama tempat
pakan dan tempat minum dicuci dan dikeringkan setiap hari. Perlu dilakukan
pembersihan rumput liar di sekitar kandang. Kandang ternak dibersihkan seminggu
sekali.
o
Pengontrolan
Penyakit
Domba yang terserang penyakit dapat segera diobati dan
dipisahkan dari yang sehat. Lakukan pencegahan dengan menyuntikan vaksinasi
pada domba-domba yang sehat.
o
Perawatan
Ternak
Induk bunting diberi makanan yang baik dan teratur, ruang
gerak yang lapang dan dipisahkan dari domba lainnya. induk yang baru melahirkan
diberi minum dan makanan hijauan yang telah dicampurkan dengan makanan penguat
lainnya. Selain itu, induk domba harus dimandikan. Anak domba (Cempe) yang baru
dilahirkan, dibersihkan dan diberi makanan yang terseleksi. Cempe yang disapih
perlu diperhatikan. pakan yang berkualitas dalam bentuk bubur tidak lebih dari
0,20 kg satu kali sehari.
Perawatan
ternak dewasa meliputi:
o
Memandikan
Memandikan ternak secara rutin minimal seminggu sekali.
dengan cara disikat dan disabuni. pada pagi hari, kemudian dijemur dibawah
sinar matahari pagi.
o
Mencukur
Bulu
Pencukuran bulu domba dengan gunting biasa/cukur ini.
dilakukan minimal 6 bulan sekali dan disisakan guntingan bulu setebal kira-kira
0,5 cm. Sebelumnya domba dimandikan sehingga bulu yang dihasilkan dapat
dijadikan bahan tekstil. Keempat kaki domba diikat agar tidak lari pada saat
dicukur. Pencukuran dimulai dari bagian perut kedepan dan searah dengan
punggung domba.
o
Merawat
dan Memotong Kuku
Pemotongan kuku domba dipotong 4 bulan sekali dengan golok,
pahat kayu, pisau rantan, pisau kuku atau gunting.
7.
Pemberian Pakan
Zat gizi makanan yang diperlukan
oleh ternak domba dan mutlak harus tersedia dalam jumlah yang cukup adalah
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Bahan pakan untuk domba
pada umumnya digolongkan dalam 4 golongan sebagai berikut:
o
Golongan
Rumput-rumputan, seperti rumput gajah, benggala, brachiaria, raja, meksiko dan
rumput alam.
o
Golongan
Kacang-kacangan, seperti daun lamtoro, turi, gamal daun kacang tanah, daun
kacang-kacangan, albisia, kaliandra, gliricidia dan
o
Siratro,
Hasil Limbah Pertanian, seperti daun nangka, daun waru, daun dadap, daun
kembang sepatu, daun pisang, daun jagung, daun ketela pohon, daun ketela rambat
dan daun beringin.
o
Golongan
Makanan Penguat (Konsentrat), seperti dedak, jagung karing, garam dapur,
bungkil kelapa, tepung ikan, bungkil kedelai, ampas tahu, ampas kecap dan biji
kapas.
o
Pakan
untuk domba berupa campuran dari keempat golongan di atas yang disesuaikan
dengan tingkatan umur.
Adapun proporsi dari campuran
tersebut adalah:
o
Ternak
dewasa: rumput 75%, daun 25%
o
Induk
bunting: rumput 60%, daun 40%, konsentrat 2-3 gelas
o
Induk
menyusui: rumput 50%, daun 50% dan konsentrat2-3 gelas
o
Anak
sebelum disapih: rumput 50%, daun 50%
o
Anak
lepas sapih: rumput 60%, daun 40% dan konsentrat 0,5–1 gelas
8.
Pemberian Vaksinasi dan Obat
Pemberian vaksinasi dapat dilakukan
setiap enam bulan sekali vaksinasi dapat dilakukan dengan menyuntikan obat
kedalam tubuh domba. Vaksinasi mulai dilakukan pada anak domba (cempe) bila
telah berusia 1 bulan, selanjutnya diulangi pada usia 2-3 bulan. Vaksinasi yang
biasa diberikan adalah jenis vaksin Spora (Max Sterne), Serum anti anthrax,
vaksin AE, dan Vaksin SE (Septichaemia Epizootica).
9.
Pemeliharaan Kandang
Pemeliharaan kandang meliputi
pembersihan kotoran domba menimal satu minggu sekali, membuang kotoran ke
tempat penampungan limbah, membersihkan lantai atau alas, penyemprotan dan
pengapuran kandang untuk disinfektan.
HAMA DAN PENYAKIT
Ø Penyakit Mencret
Penyebab: bakteri Escherichia coli
yang menyerang anak domba berusia 3 bulan. Pengobatan: antibiotika dan sulfa
yang diberikan lewat mulut.
Ø Penyakit Radang Pusar
Penyebab: alat pemotongan pusar yang
tidak steril atau tali pusar tercemar oleh bakteri Streptococcus, Staphyloccus,
Escherichia coli dan Actinomyces necrophorus. Usia domba yang terserang
biasanya cempe usia 2-7 hari. Gejala: terjadi pembengkakan di sekitar pusar dan
apabila disentuh domba akan kesakitan. Pengendalian: dengan antibiotika, sulfa
dan pusar dikompres dengan larutan rivanol (Desinfektan).
Ø Penyakit Cacar Mulut
Penyakit ini menyerang domba usia
sampai 3 bulan. Gejala: cempe yang terserang tidak dapat mengisap susu induknya
karena tenggorokannya terasa sakit sehingga dapat mengakibatkan kematian.
Pengendalian: dengan sulfa seperti Sulfapyridine, Sulfamerozine, atau
pinicillin.
Ø Penyakit Titani
Penyebab: kekurangan Defisiensi Kalsium
(Ca) dan Mangan (Mn). Domba yang diserang biasanya berusia 3-4 bulan. Gejala:
domba selalu gelisah, timbul kejang pada beberapa ototnya bahkan sampai
keseluruh badan. Penyakit ini dapat diobati dengan menyuntikan larutan Genconos
calcicus dan Magnesium.
Ø Penyakit Radang Limoah
Penyakit ini menyerang domba pada
semua usia, sangat berbahaya, penularannya cepat dan dapat menular ke manusia.
Penyebab: bakteri Bacillus anthracis.. Gejala: suhu tubuh meninggi, dari lubang
hidung dan dubur keluar cairan yang bercampur dengan darah, nadi berjalan
cepat, tubuh gemetar dan nafsu makan hilang. Pengendalian: dengan menyuntikan
antibiotika Pracain penncillin G, dengan dosis 6.000-10.000 untuk /kg berat
tubuh domba tertular.
Ø Penyakit Mulut dan kuku
Penyakit menular ini dapat
menyebabkan kematian pada ternak domba, dan yang diserang adalah pada bagian
mulut dan kuku. Penyebab: virus dan menyerang semua usia pada domba Gejala:
mulut melepuh diselaputi lendir. Pengendalian: membersihkan bagian yang melepuh
pada mulut dengan menggunakan larutan Aluminium Sulfat 5%, sedangkan pada kuku
dilakukan dengan merendam kuku dalam larutan formalin atau Natrium karbonat 4%.
Ø Penyakit Ngorok
Penyebab: bakteri Pasteurella
multocida. Gejala: nafsu makan domba berkurang, dapat menimbulkan bengkak pada
bagian leher dan dada. Semua usia domba dapat terserang penyakit ini, domba
yang terserang terlihat lidahnya bengkak dan menjulur keluar, mulut menganga,
keluar lendir berbuih dan sulit tidur. Pengendalian: menggunakan antibiotika
lewat air minum atau suntikan.
Ø Penyakit perut Kembung
Penyebab: pemberian makanan yang
tidak teratur atau makan rumput yang masih diselimuti embun. Gejala: lambung
domba membesar dan dapat menyebabkan kematian. Untuk itu diusahakan pemberian
makan yang teratur jadwal dan jumlahnya jangan digembalakan terlalu pagi
Pengendalian: memberikan gula yang diseduh dengan asam, selanjutnya kaki domba
bagian depan diangkat keatas sampai gas keluar.
Ø Penyakit Parasit Cacing
Semua usia domba dapat terserang
penyakit ini. Penyebab: cacing Fasciola gigantica (Cacing hati), cacing
Neoascaris vitulorum (Cacing gelang), cacing Haemonchus contortus (Cacing
lambung), cacing Thelazia rhodesii (Cacing mata). Pengendalian: diberikan Zanil
atau Valbazen yang diberikan lewat minuman, dapat juga diberi obat cacing
seperti Piperazin dengan dosis 220 mg/kg berat tubuh domba.
Ø Penyakit Kudis
Merupakan penyakit menular yang
menyerang kulit domba pada semua usia. Akibat dari penyakit ini produksi domba
merosot, kulit menjadi jelek dan mengurangi nilai jual ternak domba. Penyebab:
parasit berupa kutu yang bernama Psoroptes ovis, Psoroptes ciniculi dan
Chorioptes bovis. Gejala: tubuh domba lemah, kurus, nafsu makan menurun dan
senang menggaruk tubuhnya. Kudis dapat menyerang muka, telinga, perut punggung,
kaki dan pangkal ekor. Pengendalian: dengan mengoleskan Benzoas bensilikus 10%
pada luka, menyemprot domba dengan Coumaphos 0,05-0,1%.
Ø Penyakit Dermatitis
Adalah penyakit kulit menular pada
ternak domba, menyerang kulit bibit domba. Penyebab: virus dari sub-group Pox
virus dan menyerang semua usia domba. Gejala: terjadi peradangan kulit di
sekitar mulut, kelopak mata, dan alat genital. Pada induk yang menyusui
terlihat radang kelenjar susu. Pengendalian: menggunakan salep atau Jodium
tinctur pada luka.
Ø Penyakit Kelenjar Susu
Penyakit ini sering terjadi pada
domba dewasa yang menyusui, sehingga air susu yang diisap cempe tercemar.
Penyebab: ambing domba induk yang menyusui tidak secara ruti dibersihkan.
Gejala: ambing domba bengkak, bila diraba tersa panas, terjadi demam dan suhu
tubuh tinggi, nafsu makan kurang, produsi air susu induk berkurang.
Pengendalian: pemberian obat-obatan antibiotika melalui air minum.
Secara umum pengendalian dan
pencegahan penyakit yang terjadi pada domba dapat dilakukan dengan:
o
Menjaga
kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang.
o
Mengontrol
anak domba (cempe) sesering mungkin.
o
Memberikan
nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium dan mangannya.
o
Memberikan
makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, Hijauan pakan yang baru dipotong sebaiknya
dilayukan lebih dahulu sebelum diberikan.
o
Menghindari
pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang terkontaminasi siput dan
sebelum dibrikan sebainya dicuci dulu.
o
Sanitasi
yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu.
o
Tatalaksana
kandang diatur dengan baik.
o
Melakukan
vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.
PASCAPANEN
·
Stoving
Ada beberapa prinsip teknis yang
harus diperhatikan dalam pemotongan domba agar diperoleh hasil pemotongan yang
baik, yaitu:
Ø Ternak domba harus diistirahatkan
sebelum pemotongan
Ø Ternak domba harus bersih, bebas
dari tanah dan kotoran lain yang dapat mencemari daging.
Ø Pemotongan ternak harus dilakukan
secepat mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin
dan darah harus keluar secara tuntas.
Ø Semua proses yang digunakan harus
dirancang untuk mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal
mungkin.
PANEN
·
Hasil
Utama
Hasil utama dari budidaya domba adalah karkas (daging)
·
Hasil
Tambahan
Hasil tambahan dari budidaya domba adalah bulunya (wool)
yang dapat di jadikan sebagai bahan tekstil.
·
Pembersihan
Sebelum dipotong ternak dibersihkan dengan cara mencuci kaki
domba dan menyemprotkan air diatas kepala ternak agar karkas yang dihasilkan
tidak tercemar oleh bakteri dan kotoran.
·
Pemotongan
Karkas
Karkas dibelah menjadi dua bagian
yaitu karkas tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas
dipotong-potong menjadi sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan
punggung. Potongan tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang
dan tendon. Pemotongan karkas
harus mendapat penanganan yang baik supaya tidak cepat
menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya. Sebab kondisi karkas
dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses pemotongan dan pengeluaran
jeroan.
·
Pengulitan
Pengulitan pada domba yang telah
disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar
kulit tidak rusak. Kulit domba dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau
kotoran yang menempel. Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang dibuat
dari kayu, kulit domba dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang paling
baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45
derajat.
·
Pengeluaran
Jeroan
Setelah domba dikuliti, isi perut (visceral) atau yang
sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara menyayat karkas (daging)
pada bagian perut domba.
2 komentar:
artikelnya sangat membantu ^^
sumber nya kok ga ada
Post a Comment