LAPORAN PRAKTIKUM
PENGETAHUAN BAHAN PAKAN TERNAK
DAYA CERNA UNGGAS
Disusun oleh
Fandi Tri Laksono
C31120310
Dosen
Dr. Ir. Rr. Merry Muspita DU,MP
JURUSAN PETERNAKAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Landasan
Teori
Pencernaan pakan merupakan suatu rangkaian proses yang terjadi pada
pakan selama berada didalam saluran pencernaan sampai memungkinkan terjadinya
suatu penyerapan. Untuk penentuan kecernaan dari suatu pakan maka harus
diketahui terlebih dahulu dua hal yang penting yaitu; jumlah nutrien yang
terdapat dalam pakan dan jumlah nutrien yang dapat dicerna yang dapat diketahui
bila pakan telah mengalami proses pencernaan.
Pengukuran kecernaan atau nilai cerna suatu bahan pakan adalah usaha
menentukan jumlah nutrien dari suatu bahan pakan yang didegradasi dan diserap
dalam saluran pencernaan. Daya cerna juga merupakan presentasi nutrien yang
diserap dalam saluran pencernaan yang hasilnya akan diketahui dengan melihat
selisih antara jumlah nutrien yang dimakan dan jumlah nutrien yang dikeluarkan
dalam feses. Nutrien yang tidak terdapat dalam feses inilah yang diasumsikan
sebagai nilai yang dicerna dan diserap.
Potensi suatu bahan pakan dalam menyediakan zat makanan bagi ternak
dapat ditentukan melalui analisis kimia. Namun, sayangnya potensi bahan pakan
tersebut tidak semuanya dapat dimanfaatkan, karena nilai sesungguhnya bahan
pakan dicerminkan dari bagian yang hilang setelah melalui proses pencernaan,
penyerapan dan metabolisme. Oleh karenanya bagian bahan pakan maupun zat
makanan yang hilang setelah pencernaan urgen sifatnya untuk diketahui.
Bagian yang hilang dapat ditentukan secara langsung yaitu kehilangan
secara langsung yaitu kehilangan karena pencernaan (digestion). Istilah
kecernaan atau daya cena (digestibility) didefinisikan sebagai bagian zat
makanan dari bahan pakan yang tidak dieksresikan dalam feses atau dengan asumsi
bahwa zat makanan yang terdapat dalam feses adalah habis dicerna adan diserap.
Pengukuran kecernaan pada ternak secara langsung tidak akan terlepas
dari konsumsi pakan itu sendiri. Secara lansung kecernaan bahan pakan
tergantung pada kondisi fisiologis ternak yang sangat ditentukan oleh
ketersediaan dan kemampuan ternak untuk mengkonsumsi pakan.
2.
Tujuan
-
Dapat mengetahui dan
menghitung daya cerna dari pakan yang diberikan pada ayam broiler.
-
Dapat mengetahui pakan
yang berkualitas tinggi berdasarkan daya cernanya.
-
Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi daya cerna pakan yang diberikan.
BAB
II
HASIL
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
1.
Tabel
hasil data pengamatan feses
·
Berat
wadah = 1,1 gram
Bahan pakan
|
Kode
|
Berat
|
BK
(%)
|
Rata - rata
|
|
Basah (gram)
|
Kering (gram)
|
||||
BR 1
|
1.1
|
62,0
|
9,0
|
14,8
|
16,2
|
1.2
|
76,7
|
12,7
|
16,8
|
||
1.3
|
40,6
|
6,7
|
17,0
|
||
Jagung
|
2.1
|
41
|
5,6
|
14,0
|
14,8
|
2.2
|
29,1
|
4,6
|
16,4
|
||
2.3
|
26,0
|
3,5
|
14,0
|
||
BKK
|
3.1
|
63,7
|
7,6
|
12,1
|
15,2
|
3.2
|
84,2
|
10,5
|
12,6
|
||
3.4
|
55,7
|
11,4
|
20,9
|
||
Sparator
|
4.2
|
24,8
|
5,1
|
21,5
|
23,0
|
4.4
|
36,8
|
7,8
|
21,8
|
||
4.5
|
32,6
|
8,1
|
25,7
|
·
Perhitungan
Ø Bahan
kering (%) BR 1
Rumus :
BK = ×
100%
v Kode
1.1
BK = × 100% = =
14,8%
v Kode
1.2
BK = = × 100% = 16,8%
v Kode
1.3
BK = =
BK rata-rata BR 1 = = %
Ø Bahan
kering (%) Jagung
Rumus :
BK = ×
100%
v Kode
2.1
BK = × 100% = =
14,0%
v Kode
2.2
BK = = × 100% = 16,4%
v Kode
2.3
BK = =
BK rata-rata Jagung = = %
Ø Bahan
kering (%) BKK
Rumus :
BK = ×
100%
v Kode
3.1
BK = × 100% = =
12,1%
v Kode
3.2
BK = = × 100% = 12,6%
v Kode
3.4
BK = =
BK rata-rata BKK = = %
Ø Bahan
kering (%) sparator
Rumus :
BK = ×
100%
v Kode
4.2
BK = × 100% = =
21,5%
v Kode
4.4
BK = = × 100% = 21,8%
v Kode
4.5
BK = =
BK rata-rata Sparator = = %
2.
Tabel
hasil data pengamatan bahan pakan
Bahan
pakan
|
Berat
cawan
|
Berat
sampel
|
Berat
setelah di oven
|
BK
(%)
|
BR
1
|
12,0169
|
1,6303
|
13,5416
|
93,5
|
Jagung
|
12,9959
|
1,7175
|
14,5492
|
90,5
|
BKK
|
12,8611
|
1,7727
|
14,4733
|
90,9
|
Sparator
|
13,7117
|
1,6989
|
15,2824
|
92,5
|
·
Perhitungan
Rumus
Bahan Kering
BK
=
Ø Berat Kering bahan
pakan BR 1
BK = =
Ø Berat Kering bahan
pakan Jagung
BK =
=
Ø Berat Kering bahan
pakan BKK
BK
= =
Ø Berat Kering bahan
pakan Sparator
BK = =
3.
Perhitungan
Kecernaan (%)
Rumus :
KCBK =
=
·
KCBK(%)
BR 1
KCBK
=
=
= 79,66%
·
KCBK
(%) jagung
KCBK =
=
=
89,87%
·
KCBK
(%) BKK
KCBK =
=
= 77,67%
·
KCBK
(%) Sparator
KCBK =
=
=
84,93%
BAB
III
ANALISA
DATA DAN PEMBAHASAN
Dari praktikum
yang telah kami lakukan yaitu meneliti dan menghitung daya cerna pakan BR1(kelompok
1), jagung(kelompok 2), BKK(kelompok 3), dan sparator (kelompok empat), yang
diberikan sebagai pakan ayam broiler didapatkan hasil bahwa pakan yang memiliki
daya cerna paling tinggi adalan pakan jagung yang memiliki presentase KCBK :
89,87% , kemudian disusul secara berturut – turut yaitu pakan sparator pada
urutan kedua yang memiliki presentase KCBK : 84,93% , kemudian pakan BR 1 pada
urutan ketiga yang memiliki presentase KCBK : 79,66% , dan yang terakhir adalah
pakan BKK yang memiliki presentase KCBK : 77,67%
Menurut Tilman et al. (1998)
faktor yang mempengaruhi daya cerna pakan diantaranya adalah komposisi zat
makanan yaitu serat kasar. Serat kasar yang terlalu tinggi akan mengurangi
konsumsi dari nutrien yang tercerna. Konsumsi serat kasar yang semakin tinggi
bukan berarti akan menghasilkan pertumbuhan ternak dan produksi yang lebih
baik. Hal ini disebabkan serat kasar bersifat menurunkan daya cerna. Hal ini
sejalan dengan Cheeke dan Patton (1980) yang menyatakan bahwa semakin tinggi
kadar serat kasar dalam bahan pakan, semakin cepat pula laju pergerakan zat
makanan sehingga dapat diperkirakan bahwa kecernaan zat-zat makanan akan
semakin rendah karena untuk mencerna serat kasar diperlukan banyak energi.
Bahan pakan jagung
memiliki daya cerna paling tinggi, yaitu memiliki presentase KCBK 89,87% karena
jagung mengandung Bahan kering : 75 – 90 %, Serat kasar : 2,0 %,
Protein kasar : 8,9 %, Lemak kasar: 3,5 %. Dilihat dari data kandungan nutrisi
jagung tersebut diketahui bahwa jagung memiliki kandungan serat kasar yang
sangat sedikit yaitu 2,0% sehingga jagung memiliki daya cerna yang tinggi. Hal
ini sama dengan literatur yang ada yaitu jika serat kasar pada suatu bahan
pakan itu tinggi akan mengurangi konsumsi dari nutrien yang tercerna, sehingga
jika dibandingkan dengan keempat sampel bahan pakan, jagung adalah bahan pakan
yang memiliki daya cerna paling tinggi karena memiliki kandungan serat kasar
yang relatif rendah yaitu 2,0%. Ini membuktikan bahwa bahan pakan jagung
memiliki kualitas yang baik sebagai bahan pakan ayam broiler jika dibandingkan
dengan ketiga bahan pakan yang ada yaitu separator, BR 1 dan BKK jika dilihat
dari daya cerna yang ada
Bahan pakan sparator yang
memiliki presentase KCBK 84,93% menduduki pringkat kedua yang memiliki daya
cerna tinggi setelah jagung karena bahan pakan sparator mengandung Protein : 12
%, Energi Metabolisme : 2850 Kcal/kg, Lemak:12%, Serat Kasar : 3,0%, Ca : 0,04%,
P : 1,4%, Na : 0,07%, , K : 1,1%, CL : 0,07%. Dari data tersebut diketahui
bahwa bahan pakan separator memiliki presentase serat kasar lebih tinggi dari
bahan pakan jagung yaitu 3,0%, sehingga daya cerna separator lebih rendah
dibandingkan dengan bahan pakan jagung yaitu 84,93%
Bahan pakan BR 1 merupakan pakan
berbentuk tepung, pelet atau crumble yang diberikan kepada ayam broiler.
Bahan pakan BR 1 ini memiliki presentase KCBR 79,66% berada pada nomor ketiga
dalam daya cerna pakan. Karena BR 1 memiliki kandungan protein 22-24%, lemak
2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal.
Dari data kandungan nutrien tersebut diketahui bahwa BR 1 memiliki presentase
kandungan serat kasar yang cukup tinggi jika dibandingkan dengan sampel bahan
pakan jagung dan separator yaitu memiliki presentase serat kasar 4%. Hal ini
menjadikan bahan pakan BR 1 mempunyai daya cerna yang rendah dibandingkan
dengan bahan pakan jagung dan separator karena memiliki presentase serat kasar
yang lebih tinggi dari kedua sampel tersebut.
Dan BKK (bungkil
kedelai) yang memiliki presentase KCBK 77,67% adalah bahan pakan yang memiliki
daya cerna paling rendah diantara bahan pakan yang lain karena BKK memiliki
kandungan nutrisi 91% BK; 6,2% abu; 5,9% SK; 4,9% Lemak; 30% BETN; 44% PK.
Menurut data literatur kandungan nutrisi pada bahan pakan BKK tersebut
diketahui bahwa dari keempat sampel bahan pakan, BKK mempunyai pressentase
kandungan serat kasar yang paling tinggi dibandingkan dengan kandungan
presentase serat kasar bahan pakan yang lainya yaitu 5,9%. Ini membuat BKK
mempunyai daya cerna paling rendah karena memiliki kandungan serat kasar yang
paling tinggi sehingga mengurangi konsumsi dari nutrien yang tercerna. Hal ini di tandai
dengan banyaknya feses yang di keluarkan (sedikit nutrient yang di serap).
BAB
IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dijelaskan, dapat
disimpulkan bahwa :
§ faktor
yang mempengaruhi daya cerna pakan diantaranya adalah komposisi zat makanan
yaitu serat kasar. Serat kasar yang terlalu tinggi akan mengurangi konsumsi
dari nutrien yang tercerna
§ dari
keempat bahan pakan (BR1, jagung, BKK dan separator), bahan pakan jagung
memiliki daya cerna paling tinggi karena memiliki presentase serat kasar yang
paling rendah yaitu 2,0%. Dan menjadikan bahan pakan jagung memiliki kualitas
yang paling tinggi sebagai pakan broiler jika dibandingkan dengan bahan pakan
yang ada(BR1, BKK dan separator)
Daftar
Pustaka
2011msa.BABII_Tinjauan_pustaka.pakan-ayam-broiler.pdf
4 komentar:
laporanx sip dah..
sip...
makasih laporannya,,, membantu saya ttg nutrisi pakan ternak
rumusnya jelasss, terimakashh telah membantu
informasinya bagus
daya cerna ternak sangat penting ternyata ya gan
Post a Comment