INTERAKSI GEN
Sejak diakuinya Hukum Mendel
(segregasi dan berpadu bebas) maka banyak dil akukan penelitian ke arah
genetika. Namun rasio Mendel seperti 3:1 dan 9:3:3:1 tidak selalu terjadi dalam
semua persilangan. Ni sbah fenotipe maupun genotipe yang dihasilkan Mendel akan
diperoleh seandainya terpenuhi kondisi tertentu, yaitu (a) seti ap s ifat hanya
ditentukan oleh satu lokus; (b) alel dalam setiap lokus bersegregasi bebas dari
lokus lain; dan (c) gen-gen yang di pelajari terdapat pada inti. Ternyata
kondisi ini tidak selalu terpenuhi, oleh karena itu akan sering ditemukan penyimpangan d ari nisbah Mendel.
Penyimpangan ini dapat dijelask an bahwa terdapat karakter-karakter yang
dipengaruhi oleh lebih dari sepasa ng gen yang berinteraksi. Interaksi inilah
yang akan memunculkan berbag ai variasi fenotipe, meskipun hukum dasar
pewarisan si fat keturunan sama dengan Mendel.
Tabel 1. Nisbah Fenotip (F2) Hibrida
Normal Menurut Mendel
Monohibrida
|
3: 1
(Hukum Dominasi penuh)
|
n= 1
|
jumlah gamet = 2
|
Dihibrida
|
9: 3: 3:
1
|
n= 2
|
jumlah gamet = 4
|
Trihibrida
|
27: 9:
9: 9: 3: 3 : 3: 1
|
n= 3
|
jumlah gamet = 8
|
Polihibrida
|
(3:1)n
|
n= n
|
jumlah gamet = 2n
|
(n) = jenis sifat berbeda (hibridanya)
Pewarisan suatu sifat ditentukan oleh g en-gen
yang terletak pada kromosom. Tempat ge n-gen pada kromosom disebut dengan
lokus. Setiap lokus memiliki 2 atau lebih ale l yang mengendalikan suatu
karakter. Namun tidak jarang ditemui bahwa dalam satu lokus ditemukan beberapa
variasi alel. Variasi ini muncul akibat mutasi ya ng mengakibatkan munculnya
fenotipefenotipe baru.
TIPE INTERAKSI
Tipe interaksi gen merupakan hasil interaksi diantara gen-gen dan
menghasilkan produk dari aktivitas 2 gen
atau lebi h. Interaksi ini mungkin berada pada
level gen-gen itu sendir i, aksi dari produk-produk yang dihasilkan pada
kegiatan sitoplasma atau merupakan
interaksi sel-sel atau organ-organ yang
gen-gennya mengalami perubahan. Untuk mengetahui pada level mana interaksi
terjadi maka itu merupakan su atu objek utama dalam studi interaksi gen. Studi
ini akan melengkapi studi dibidang biokimia dan fisiologi. Produk dari semua
aspek fenotipe bergantung pada keseluruhan gen yang membentuk genome. Bahwa
sangat tidak mungkin pendekat an studi interaksi gen dengan hanya melihat total
dari interaksi itu sendiri tetapi dapat didekati dengan memperhatikan kejadi an
sederhana pada variasi sebuah sifat yang bersegregasi dari dua gen nona lelik.
Dan hal ini dinamakan dengan pewarisan digen ik (Wagner and Mitchell, 1965).
Seiring dengan perkembangan wakt u maka penelitian-penelitian yang menjelaskan
tentang intera ksi gen semakin berkembang. Salah satunya adalah dominansi suatu
alel terhadap alel lain tidak selalu terjadi . Penampakan su atu gen dapat
dipeng aruhi oleh faktor-faktor seperti lingkungan, umur, jenis kelamin,
fisiologis, genetik dan faktor lainnya.
Perubahan pengaruh dominansi ini
timbul akibat :
1) intralokus atau intralelik atau
intragenik
2) interlokus atau intergenik
3) interaksi gen dengan lingkungan
Analisis genetik dapat mengidentifi
kasi gen yang berinteraksi dalam menentukan suatu si fat atau gen-gen ya ng
terdapat dalam lintasan biologi yang khusus. Kunci utamanya adalah bahwa
interaksi gen menyebabkan peru bahan rasio turunan. Griffith et al . (2000) membedakan beberapa jenis
interaksi yang menimbulkan berbagai modifikasi fenotipe . Perbedaan penting
adalah adanya interaksi gen yang bera da dalam lintasan biologi yang sama dan
terdapat juga interaksi gen yang berada
dalam lintasan yang berbeda.
A. Interaksi gen dalam lintasan
biologi yang berbeda
Umumnya interaksi yang melibatkan dua lintasan biokimia yang
berbeda menghasilkan F2 dengan 4 kelas
fenotipe yang berhubungan dengan kelas genotipe
yang mungkin terbentuk, sebagai contoh adalah pewarisan warna kulit pada
Corn Snake.
O += berwarna orange b +=menimbulkan warna hitam
O
= tidak menimbulkan warna orange
b =tidak menimbulkn warna
hitam
P
: o +o+bb (Orange)
X oob+b+ (hitam)
F1: o +o b+b (camouflaged /warna agak pudar ataus amar)
F2 : 9 o +ob+b (camouflaged) 3 o +_bb (Orange) 3 o o b +_ (Hitam) 1 oobb
(Albino)
B. Interaksi gen dalam lintasan
biologi yang sama
1. Intralokus atau intralelik atau
intragenik adalah interkasi yang terjadi anat ar 2 atau lebih alel yang berasal
dari lokus yang sama, untuk menghasilkan
suatu fenotipe. Yang termasuk dalam interaksi intralokus adalah sebagai
berikut:
·
Dominansi; Adalah kehadiran al el
dominan dari suatu gen menyebabkan efek alel resesif dari lokus yang sama akan
te rselubungi, sehingga fenotipe yang tampa k adalah efek alel dominan. Pada
tipe ini, fenotipe dari individu bergenotipe heterozigot identik dengan
fenotipe individu berg enotipe homozigot dominan. Zuriat individu heterozigot
yang menyerbuk sendiri akan bersegregasi menjadi 3 zuriat dominan : 1 zuriat resesif. Tipe ini disebut juga dengan
kedominanan penuh (Hartana, 1992)
·
Dominan parsial atau incomplete
dominance; Pada tip e ini tidak terjadi domi nansi karena fenotipe heterozigot
terletak diantara 2 induk homozigot (intermediet). Tanaman heterozig ot akan
menghasilkan segregasi zuriat dengan nisbah 1:2:1. Pada tingkat molekuler, tipe
ini umumnya disebabkan oleh pengaruh k uantitatif sejumlah alel normal yang
mengakibatkan te rjadinya proses transkripsi yang menghasilkan banyak protein,
sedang kan yang sedikit alel normal maka
transkripsi akan menghasilkan sedikit pr otein. Jika tidak memiliki alel
yang normal maka terhambat terjadi
transk ripsi dan mungkin tidak akan atau hanya sedikit sekali terbentuk
protein. Alel gen warna bunga merah tidak dominan penuh terhadap alel gen warna
bunga putih sehingga tanaman be
rgenotipe heterozigot akan menampakkan warna intermediet (merah muda). Jika
dibiarkan tanaman tersebut menyerbuk sendiri maka akan menghasilkan zuriat tanaman yang
bersegregasi dengan nisbah bunga merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1
·
Kodominan; Pada tipe ini, alel-alel
suatu gen da ri lokus yang sama berinteraksi dan sama-sama memberikan efek pada
penampilan fenotipenya. Contoh:
a. Lokus sifat ketidakserasian
sendiri
Genotipe stigma Fenotipe
S1S1
Polen S1 akan ditolak
S2S2
Polen S2 akan ditolak
S1S2 baik polen
S1 maupun S2 akan ditolak
terlihat bahwa alel S1 dan S2 kodominan, artinya sama-samamemberi kan
efek pada ketidakserasian
b. Tipe golongan darah ABO pada
manusia
Ada 4 tipe golongan darah dalam
sistem ABO yaitu: Sistem golongan darah
ini mempunyai 3 alel yaitu IA, IB dan i.
Golongan darah AB meru pakan bentuk kekodominanan karena keduanya sama-sama
mengekspresikan antigen A dan B. Huruf pada golongan darah menunjukkan
bahwa terdapat 2 molekul karbohidrat
khusus yang terdapat pada permukan sel
darah merah. Individu bisa memiliki
karbohidrat A (golonga n darah A), karbohidrat B (golongan darah B) atau
memiliki karbohidrat A dan B sekaligus
(golongan darah AB).
c. Warna kulit ular gandum
Umumnya warna kulit ular ini adalh berbentuk
belang-belan g hitamorange agak pudar(samar). Warna ini di hasilkan oleh pigmen
yang terpisah yang dikendalikan oleh gen secara genetik.
O += berwarna orange b +=menimbulkan warna hitam
O
= tidak menimbulkan warna orange
b =tidak menimbulkn warna
hitam
P
: o +o+bb (Orange)
X oob+b+ (hitam)
F1: o +o b+b (camouflaged /warna agak pudar ataus amar)
F2 : 9 o +ob+b (camouflaged) 3 o +_bb (Orange) 3 o o b +_ (Hitam) 1 oobb
(Albino)
·
Dominansi berlebih (overdominance)
Welsh (1991) menambahkan overdominance ke
dalam interaksi intralokus. Pada proses ini, heterozigot mempunyai nilai
fenotip yang terletak diluar kedua induknya.
2. Interlokus atau intergenik
Interaksi ini merupakan peristiwa
dimana dua atau lebih gen dari lokus yang berbeda berinterak si mempengaruhi suatu
karakter dan suatu gen/lokus menutupi gen/lokus lainnya dan dikenal dengan
istilah EPISTASIS. Epistasis artinya menutupi gen lain dan gen yang ditutup disebut juga dengan
hypostatis.Pemunculan sifat satu alel dapa t berubah kar ena adanya kehadiran
atau ketidakhadiran salah satu alel atau lebih pada lokus yang berlainan.
Proses ini berlangsung bila pal ing sedikit ada 2lokus yang mengendalikan
pemunculan satu sifat/karakter. Misa lnya ada 2 pasang gen yang memisah secara
bebas tapi saling berinteraksi, pa da banyak peristiwa interaksi nisbah yang
dharapkan 9:3:3:1 akan berubah. Interaksi yang termas uk ke dalam interaksi
interlokus adalah sebagai berikut:
2.1. Dominan epistasi; yaitu suatu
gen dominan mengalahkan pengar uh dominan lainnya dan resesifnya. contoh: Warna buah Squash; Pada buah squash alel
resesi f harus diekspresikan sebelum alel warna tertentu pada lokus kedua
(lainnya) diekspresikan. Gen pertama, gen warna squash putih dominan terhadap
squash berwarna (lainnya : kuning dan
hijau) diberi simbol W (putih) dan w (berwarna). Gen kedua, warna kuning
dominan terhadap hijau diberi simbol G
(kuning) dan g (hijau). Jika dihibrid di-selfing maka akan terdapat 3 warna buah squash dengan rasio
12:3:1 (putih : kuning : hijau).
2.2. Resesif epistasi; yaitu kedua
pasang gen domina n lengkap tetapi gen resesif pada satu lokus (lok us
epistatik) menekan penampilan alel pada lokus lain (lokus hypostatik).
Mekanisme ini disebut juga sebagai modifikasi aksi ge n (Welsh, 1991). Contoh:
a. Warna kulit pada bawang
merah
C= gen dominan yang diperlukan untuk
menghasilkan warna
c= alel tidak aktif yang menghalangi
pembentukan warna
R= Gen dominan untuk warna merah
r= alel resesif untuk warna kuning
P CCrr (kuning) X
ccRR (Putih)
F1 CcRr Putih
F2 9 C_R_ : 3 C_rr :
3 ccR_ : 1 ccrr
9 merah :3 Kuning : 4 putih
Gen c tidak aktif menghalangi
pembentukan warna dan epistatik terhadap gen R dan r. Fenotipe ccR_ dan ccrr putih karena pembentukanwarna dihalangi oleh
alel c
b. Warna bung a matahari
(Helianthusa annus) dikendalikan oleh 2 lokus bebas yang mempunyai beberapa
alel majemuk yang bersifat dominan dalam setiap lokusnya.
P LLLaLa (kuning)
X lllala (kuning muda)
F1 LlLala Kuning
F2 9 L_La_ : 3
L_lala: 3 llLa_ : 1 lllala
9 kuning : 3 merah
kekuningan : 4 kuning muda
c. Ada interaksi lain dalam
menumbuhkan wana bulu pada mencit. Yang epistasi di sini adalah cc. Kalau cc tak hadir maka warna bulu kelabu dengan
kehadiran A dan hitam dengan kehadiran a.
A= kelabu C= pigmentasi normal
a= hitam c = tidak ada pigmentasi
P AACC
kelabu X aacc albino
F1 AaCc kelabu
F2 9 A_C_ : 3 aaC_ :
3 A_cc : 1 aacc
9 kelabu :3 hitam :
4 albino
d. Warna kulit kuda; Warna kulit
coklat (B) dominan terh adap tan (b). Fenotipe tergantung pada gen kedua yang
mengendalikan pigmen rambut. G en C dominan untuk menghadirkan pigmen rambut
sedangkan alel c adalah resesif untuk mengendalikan tidak ada pigmen. Jika kuda bergenotipe homozigot resesif cc maka akan
muncul warna putih.
2.3. Inhibitor gen action; yaitu
satu gen dominan pada satu lokus dan homozigot resesif pada lokus
yang lain bersifat epistasis, yaitu
bila terdapat salah satu gen itu akan mencegah pembuatan hasil akhir gen.
Interaksi ini dise but juga dengan epistasi dominan & resesif (Crowder,
1993).
Contoh:
a. Kasus pada warna bulu ayam
kampung :
C = Gen
domina n yang diperlukan untuk pembentukan warna bulu
c= Gen
yang tidak menghasilkan warna
I= Gen
dominan yang menghambat pembentu kan warna
i=
Gen resesif yang menentukan warna hitam
Persilangan antara dua ayam
kampung berbulu putih dengan genotipe
yan g
berbeda :
P
IICC (putih) X iicc (putih)
F1 IiCc (putih)
F2 9 I_C_ (putih) 3 I_cc (putih) 3 iiC_
(berwarna) 1 iicc (putih)
Sehingga terdapat 13 ayam
kampung berbulu putih dan 3 ayam kampong
berbulu warna.
b. Kasus pada produksi malvidin pada
tanaman Primula : Sintesis malvilin pada tanaman Primula dikontro l oleh alel K (gen dominan
untuk pembentukan malvilin) sedangkan penghambat sintesis malvilin diberi
simbol alel D (Gen domina n penghambat sintesis malvilin). Tanaman F1 dengan
genotipe KkDd tidak akan memproduksi
malvilin karena keberadaan dari alel
dominan D (penghambat sintesis malvilin).
2.4. Duplikat dominan epistasi;
merupakan interaksi yang terjadi bila dua gen berperan sama dan mengatur sifat
yang sama yaitu salah satu dapat menggantikan yang lain. Tipe interaksi ini
dise but juga dengan isoepistasi (Crowder, 1993)
Contoh :
a. Bentuk buah tanaman Bursa sp (15
:1)
Parental : AABB (segitiga) X aabb
(Oval)
F1 : AaBb (Segitiga)
F2 : 9 A_B_ (segitiga) 3 A_bb
(segitiga) 15 segitiga : 1 oval 3 aaB_
(segitiga) 1 aabb (oval)
Kasus duplikat dominan epistatis dapat ditemui
pada warna kernel pada gandum. Pathway da ri enzim fu ngsional dari enzim A dan
B dapat memproduksi produk dari precursor
tertentu. Produk yang dihasilkan menentukan w arna kernel dari biji
gandum. Ternyata hanya alel dominan dari dua lokus yang dapat memberikan
fenotipe warna pada karnel biji g andum.
Persilangan galur murni dari tanaman gandum dengan kernel biji berwarna
(genotipe AABB) dan tanaman gandum dengan ker nel biji putih (aabb) akan
menghasilkan F1, yang kemudian di-s elfing, akan menghasilkan dihibrid dengan
perbandingan 9:3:3:1. Secara biokimia
akan menghasilkan perbandingan dihibrid 15:1 (Tabel 4) yaitu 15 kernel biji
berwarna dan 1 kernel tidak berwarna
(putih). Duplikat dominan epistatis sering juga disebut sebagai duplicate gene action, sisoepistatis atau epistatis
dominan ganda.
2.5.
Duplikat resesif epistasi ; adalah fenotipe yang sama dihasilkan oleh kedua genotipe homozigot
resesif. Dua gen resesif bersifat
epistatik terhadap alel dominan. Hal ini disebut juga dengan istilah
komplementer (Yatim, 1991).
Contoh:
a. Warna bu nga tanaman kapri (Pisum
sativum)
C= gen dominan diperlukan untuk pembentukan
warna P=gen dominan menghasilkan pigmen
ungu
P CCpp X ccPP putih putih
F1 CcPp ungu
F2 9 C_P _ : 3 C_pp :
3 ccP_ : 1 ccpp
9 ungu : 7 putih
Kedua alel dominan harus bersama-s
ama untuk dapat menghasilkan warna, jadi
kedua gen ini komplementer. Gen P sendiri tidak nebghasilkan cukup zat warna
untuk menimbulkan warna ungu. Gen resesif dalam keadaan homozigot tidak aktif
dan epistatik terhadap gen yang dominan.
2.6. Koepistatik; Ini terjadi
apabila dua gen yang bukan alelnya (pada
lokus berbeda) kerjanya berlainan, seperti pada alel ko dominan. Tipe ini
disebut juga dengan istilah kriptomeri (Yatim, 1991). Satu sifat ditentukan
oleh satu lokus. Contoh : a. Bentuk jengger ayam varietas Wyandotte, Brahmas dan Leghorns menunjukan
peristiwa epistais. Jengger ayam
ditentukan oleh peran dua alel dengan
hubungan dominan resesif yaitu R, r, dan P, p. Alel R akan menberikan t ipe
jengger Rose sedangkan P akan memberikan tipe jengge r ayam Pea. Fenotipe Rose
(alel R) akan muncul bila pada lokus lain t ida k muncul alel dominan P dan
fenotipe Pea (alel P) akan muncul bila pada lokus lain tidak ada alel R. Bila
alel P dan R muncul bersamaan pada kedua lokus ak a menghasilkan fenotipe Walnut edangkan ketidakhadiran
satupun alel dominan akan menghasi lkan
fenotipe Single
ALEL GANDA
Alel merupakan bentuk
alternatif suatu gen yang terdapat pada lokus (tempat) tertentu. Individu
dengan genotipe AA dikatakan mempunyai alel A, sedang individu aa mempunyai
alel a. Demikian pula individu Aa memiliki dua macam alel, yaitu A dan a.
Jadi, lokus A dapat ditempati oleh sepasang (dua buah) alel, yaitu AA, Aa atau
aa, bergantung kepada genotipe individu yang bersangkutan.
Namun,
kenyataan yang sebenarnya lebih umum dijumpai adalah bahwa pada suatu lokus
tertentu dimungkinkan munculnya lebih dari hanya dua macam alel, sehingga lokus
tersebut dikatakan memiliki sederetan alel. Fenomena semacam ini disebut
sebagai alel ganda (multiple alleles).
Alel
ganda adalah faktor yang memiliki lebih dari dua macam alel, sekalipun tidak
ada satu pun makhluk diploid yang mempunyai lebih dari dua macam alel untuk
tiap faktor. Sebab timbulnya alel ganda adalah peristiwa mutasi gen. Stanfield
(1983) mengatakan “Karena suatu gen dapat berubah menjadi bentuk-bentuk
alternatif oleh proses mutasi, secara teoritis di dalam suatu populasi mungkin
dijumpai sejumlah besar alela” (Corebima, 1997). Dalam alquran surat Ar Ruum
ayat 22, di jelaskan tentang keturunan yang dibedakan warna kulitnya.
Pengertian
Alel dan Alel Ganda-
Anda sudah mengetahui bahwa gen sebagai pembawa dan penentu suatu sifat atau
karakter. Gen dalam tubuh yang terletak pada kromosom tidak hanya satu, tetapi
banyak. Alel adalah gen-gen yang menempati atau terletak pada lokus yang
sama pada kromosom homolognya yang mempunyai tugas berlawanan untuk suatu sifat
tertentu. Agar lebih jelas, cobalah Anda lihat Gambar 3.8 letak alel dan gen
pada kromosom.
Gambar 3.8 Letak gen dan alel pada kromosom
Surya
(1984) mendefinisikan alel sebagai anggota dari sepasang gen yang memiliki
pengaruh berlawanan. Misalnya gen B memiliki peran untuk menumbuhkan karakter
pigmentasi kulit secara normal. Gen B dapat membentuk melanin karena
diekspresikan sepenuhnya pada penampakan fisik organisme. Dalam hal ini gen B
menimbulkan karakter yang dominan. Apabila gen B bermutasi maka akan berubah menjadi b,
sehingga pigmentasi kulit secara normal, tidak dapat dilakukan. Gen b
menimbulkan karakter yang berbeda, yaitu resesif. Karakter resesif ini
menumbuhkan karakter albinisme (tidak terbentuk melanin). Contoh yang lainnya,
misalnya:
1. K
alelnya k, untuk rambut keriting dan lurus.
2. H
alelnya h, untuk kulit hitam dan putih dan sebagainya.
Sedangkan alel
ganda (multiple alelo murphi) adalah beberapa alel lebih dari satu gen
yang menempati lokus sama pada kromosom homolognya. Pengaruh alel ganda pada organisme dapat ditemukan pada
tempat-tempat berikut.
1.
Golongan Darah pada Manusia
Golongan Darah
|
Alel
|
Genotif
|
A
|
|A
|
|A|A dan |A |O
|
B
|
|B
|
|B|B dan |B |O
|
AB
|
|A,|B
|
|A |B
|
O
|
|O
|
|O |O
|
2. Rambut
pada Segmen Digitalis Jari Tangan Manusia
GENOTOPE
|
FENOTIPE
|
H1
|
Rambut pada semua/empat jari-jari
|
H2
|
Rambut pada jari kelingking,
manis, dan tengah
|
H3
|
Rambut pada jari manis dan tengah
|
H4
|
Rambut pada jari manis
|
H5
|
Rambut tidak ada pada semua jari
|
3. Warna
Bulu Kelinci
Warna bulu kelinci dipengaruhi oleh empat alel yaitu W, Wch, Wh, w yang keempatnya berada pada lokus yang sama, di mana:
Warna bulu kelinci dipengaruhi oleh empat alel yaitu W, Wch, Wh, w yang keempatnya berada pada lokus yang sama, di mana:
Alel : W :
warna bulu normal (hitam)
Wch :
warna bulu normal Chinchilia (kelabu)
Wh : warna
bulu Himalaya (coklat)
w : warna
bulu albino (putih)
Genotipe
|
Fenotipe
|
Hitam (normal)
|
WW, WWch, WWh, Ww
|
Kelabu (Chichilia)
|
WchWch, WchWh, Wch,w
|
Coklat (Himalaya)
|
WhWh, Wchw
|
Putih (Albino)
|
Ww
|
Dari tabel
tersebut dapat disimpulkan urutan dominasinya adalah:
W>Wch>Wh>w.
3 komentar:
apa pengaruh pemuliaan dipeternakan??
wuich....
apa sama dengan manusia keturuna yang di berikan oleh tetuanya ???
makasih datanya sangat bermanfaat
Post a Comment